![]() |
Keterangan : Suasana lalu lintas di Kota Banjarmasin. (Photo : Aries) |
BANJARMASIN, I-FAKTA.ID - Terpilihnya Ibnu Sina-Arifin Noor sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banjarmasin periode 2021/2024 ternyata tak lepas dari sorotan utama Presiden Indonesia Marketing Association (IMA) Capter Banjarmasin-Banjarbaru, Sutjipto.
Terlebih, pengusaha sukses ini menilai masa-masa periode dalam waktu singkat tersebut diharapkan mampu mengatasi sejumlah permasalahan serius yang ada di kota berjuluk seribu sungai.
"Tapi insyaallah dengan pengalaman Pak Ibnu Sina dan Pak Arifin membangun Kota Banjarmasin, 3 tahun setengah saya rasa sudah cukup, karena beliau sudah membuat satu perencanaan selama masa di kepemimpinan sebelumnya. Jadi, selaku warga Kota Banjarmasin, saya berkeinginan untuk menagih janji mereka," ujar Sutjipto kepada I-Fakta.id, Sabtu (26/6/2021) siang.
Dia mengungkapkan, saat ini langkah atau program yang tepat sebagai salah satu pemimpin daerah yang hidup di kawasan administratif itu adalah pencegahan dan penanggulangan pasca banjir. Oleh sebabnya, pencanangan tersebut harus menjadi skala prioritas Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin.
"Tapi insyaallah dengan pengalaman Pak Ibnu Sina dan Pak Arifin membangun Kota Banjarmasin, 3 tahun setengah saya rasa sudah cukup, karena beliau sudah membuat satu perencanaan selama masa di kepemimpinan sebelumnya. Jadi, selaku warga Kota Banjarmasin, saya berkeinginan untuk menagih janji mereka," ujar Sutjipto kepada I-Fakta.id, Sabtu (26/6/2021) siang.
Dia mengungkapkan, saat ini langkah atau program yang tepat sebagai salah satu pemimpin daerah yang hidup di kawasan administratif itu adalah pencegahan dan penanggulangan pasca banjir. Oleh sebabnya, pencanangan tersebut harus menjadi skala prioritas Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin.
"Kita bicara yang sudah dilakukan pada masa jabatan beliau adalah membongkar jembatan-jembatan yang ada. Apa langkah selanjutnya? Segera bikin jembatan baru," kata Sutjipto.
Dikatakannya, setelah pembongkaran jembatan untuk program normalisasi sungai telah berhasil terealisasi. Ia menyebut masih banyak ditemukannya roku di kawasan veteran kosong dan bahkan tidak bisa dipakai.
"Lebih bagus lagi, bikin satu jembatan untuk beberapa kios atau roku supaya kelihatan lebih rapi. Kalau bisa, sungainya harus dilakukan pengerukan secara berkala. Hal bertujuan banjir tidak terjadi lagi ekonomi masyarakat dapat berjalan lancar kembali," papar Sutjipto.
Melihat adanya rencana perubahan wajah baru untuk pusat (sentral) perekonomian di Kota Banjarmasin khususnya Ujung Murung diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi pendapatan.
"Pemandangannya bagus. Ada sungai, pasarnya selalu ramai, karena yang datang dan berbelanja itu bukan hanya dari warga Banjarmasin, tetapi juga dari berbagai wilayah di Kalsel dan Kalteng. Yang rencananya mau dibangun mirip pasar Tanah Abang kaya di Jakarta tapi versi Banjarmasin," ucapnya.
Ia mengutarakan, selama tiga setengah tahun kepemimpin Wali Kota Ibnu Sina, setidaknya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk merealisasi pasar Ujung Murung berkonsep modern. Sehingga, sektor bisnis dan roda ekonomi masyarakat pun juga dapat berjalan lancar dan maksimal.
"Mumpung ada waktu 3 setengah tahun, Ibnu selaku Walikota terpilih, bisa melakukan pendekatan lagi kepada para pedagang," ucap lagi Sutjipto.
Tjipto menyebutkan, meskipun pasar Kuripan Kota Banjarmasin diakui memiliki potensi cukup besar terhadap perekonomian para pedagang. Namun, disayangkan kemacetan serta tumpukan sampah yang menggenangi jalan masih saja menjadi trending topik dalam permasalahan ini.
"Akibatnya pemandangannya pun menjadi kurang nyaman. Kalau bisa, dibikinkan arus ke luar lewat Kuripan dan Veteran. Karena yang ada saat ini arusnya ke jalan Ahmad Yani dan ke Simpang Ulin kelihatannya belum bisa tembus. Jadi, kalau misalnya ada alternatif, bisa dilewatkan di pasar Kuripan yang ada, itu mungkin lebih bagus," ungkapnya lagi.
Disisi lain, ia menghimbau agar masyarakat jangan suka membuang sampah sembarangan. Kalau pun dikenakan sanksi (hukuman) maka setidaknya dipatuhi, tetapi jika tidak dapat diberikan sosialisasi meski diketahui kebiasan merubah budaya dianggap masih cukup sulit.
"Lupa kalau sampah itu hanyut di sungai setelah itu tersimpan di bawah rumah. Pada akhirnya banjir naik lagi. Jadi dihiumbau, kalau bisa dibiasakan buang sampah pada tempatnya," pungkasnya. (AN/AD)